Budaya dan Globalisasi
Yang masih menari biarlah lestari; yang tidak lagi merekah, mungkin saatnya berpisah.
Budaya merupakan produk dari pola hidup masyarakat yang terbentuk dengan sendirinya; karena Indonesia berasal dari beragam suku bangsa, produk budaya yang dihasilkan pun beragam. Sebagai hubungan timbal-baliknya, aspek-aspek budaya, misalnya seni budaya, berperan dalam menopang kebutuhan emosional masyarakat sebagai bagian dari kestabilan kehidupan rakyat.
Ini perlu ditekankan, karena esensi dari menjaga budaya, pada hakikatnya, adalah untuk menjaga kestabilan kehidupan masyarakat yang memegangnya, bukan semata-mata untuk eksistensi budaya itu sendiri.
Oleh sebab itu, ketika membahas efek globalisasi — yang erat sekali kaitannya dengan budaya sebagaimana selalu diajarkan dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan — terhadap turunnya minat budaya lokal, kita harus paham bahwa yang menjadi masalah bukanlah semata-mata hilangnya budaya lokal tersebut, melainkan apakah hilangnya budaya lokal tersebut dapat merusak kestabilan kehidupan rakyat.
Zaman berkembang, begitu pula aspek-aspek kehidupan di dalamnya, termasuk budaya. Budaya-budaya manusia purba tidak lagi kita lestarikan, bukan karena kita tidak menghargainya, melainkan karena memang tidak lagi dibutuhkan untuk menjaga, atau justru dapat mengancam, kestabilan kehidupan manusia modern.
Pola pikir serupa baiknya kita terapkan dalam membahas efek globalisasi terhadap budaya masa kini. Jika budaya luar negeri memberikan kepuasan emosional melampaui yang dapat diberikan oleh budaya lokal, itu bukanlah salah orang-orang yang mengonsumsinya; itu bahkan bukanlah suatu kesalahan, melainkan sekadar hukum alam yang sedang bekerja, sebagaimana sebagian individu tersingkirkan dan dilampaui oleh sebagian yang lainnya dalam proses evolusi.
Aku pribadi berpendapat, apabila budaya luar menggantikan budaya lokal dan itu tidak secara fisik mengancam kestabilan kehidupan rakyat, maka itu bukanlah masalah. Tapi kalau pun ada bukti nyata bahwa yang terjadi adalah sebaliknya, maka yang harus kita lakukan bukanlah dengan membatasi asupan budaya luar, melainkan dengan mengembangkan budaya lokal yang ingin kita lestarikan supaya dapat melampaui budaya luar tersebut.
Hanya dengan cara seperti itulah kita bisa melestarikan budaya lokal — yang menurut banyak orang diperlukan — dalam menjaga kestabilan kehidupan rakyat.
Namun, belajar dari sejarah, kita harus tetap ingat, bahwa jika suatu budaya lokal memerlukan terlalu banyak tenaga untuk melestarikannya, mungkin memang saatnya kita simpan sebagai kenangan, karena kita tidak boleh tertinggal oleh perkembangan zaman.
Dan itu semua adalah demi kemajuan Indonesia menghadapi dunia luar.